Saham AADI

Saham AADI (Maret 2025)

Disclaimer : Artikel ini bertujuan untuk edukasi, bukan ajakan untuk membeli.

Adaro Indonesia (AADI) adalah perusahaan tambang batu bara yang baru saja dipisahkan dari Adaro Energy (sebelumnya Alam Tri Resources) pada akhir tahun lalu. kali ini saya akan membahas performa keuangan terbaru AADI, termasuk pendapatan, kondisi keuangan, serta valuasi saham AADI menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) untuk menentukan apakah harga sahamnya saat ini menarik untuk investasi.

Kinerja Bisnis AADI

  • Pendapatan dan Laba – Pendapatan AADI turun 10% dibandingkan tahun lalu. Meskipun produksi dan penjualan naik, harga batu bara yang lebih rendah membuat total pendapatan menurun. Sebaliknya, laba bersih justru naik 6%, bukan karena bisnis utama, tetapi karena keuntungan dari penjualan saham di anak usahanya, yaitu Adaro Minerals.
  • Efisiensi Operasional – AADI sedang fokus memangkas biaya dan meningkatkan efisiensi agar tetap untung di tengah kondisi pasar yang tidak menentu.
  • Keuangan yang Kuat – mempunyai aset lancar bersih Rp22 triliun, yang artinya keuangan mereka cukup sehat untuk menutup kewajiban jangka pendek tanpa masalah.
  • Risiko Utama: Harga Batu Bara – Karena bisnisnya bergantung pada batu bara, AADI sangat terpengaruh dengan fluktuasi harga komoditas ini. Harga batu bara sendiri dipengaruhi oleh permintahan global dan kebijakan energi. Jika harganya turun drastis, tentu pendapatan dan laba AADI juga akan kena dampak.

Prospek Bisnis

Ke depannya, AADI mempunyai beberapa strategi untuk tetap bersaing:

  • Potensi Keuntungan dari Kebijakan Pemerintah – jika aturan penurunan royalti batu bara diterapkan, AADI bisa mendapatkan margin keuntungan lebih besar.
  • Ekspansi Infrastruktur Logistik – Lagi nambah armada tongkang dan bangun pembangkit listrik supaya distribusi lebih efisien dan volume penjualan naik.
  • Cadangan Batu Bara yang Besar – AADI mempunyai 970 jt ton cadangan terbukti dan total sumber daya 4,1 miliar ton, yang berarti pasokan jangka panjang aman.

Di sisi lain, transisi energi ke sumber yang lebih ramah lingkungan tetap menjadi tantangan untuk industri batu bara dalam jangka panjang. Selain itu, fluktuasi harga batu bara dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga bisa ngaruh ke pendapatan AADI.

Harga Wajar Saham AADI

Saat ini, AADI diperdagangkan di sekitar Rp6.425 per lembar, masih di bawah nilai wajarnya di sekitar Rp8.500 per lembar (berdasarkan analisis DCF). Dengan P/E ratio 2,6x dan P/B ratio 1x, saham ini terbilang undervalued dibanding perusahaan sejenis.

Daya tarik lain dari AADI adalah potensi dividen yang cukup tinggi. Dengan estimasi dividend yield 16-17% berdasarkan payout ratio 45%, saham ini cocok buat yang nyari passive income. Tapi, dividen baru mulai dibayarkan tahun depan, jadi perlu sabar nunggu.

Baca juga : Apa itu Dividen Saham

Kesimpulan

AADI bisa jadi pilihan menarik. Keuangan yang solid dan strategi efisiensi yang diterapkan juga jadi nilai tambah. Tapi, tetap ada risiko yang perlu dipertimbangkan, terutama fluktuasi harga batu bara dan tren energi hijau. Kalau fokus di dividen, AADI bisa jadi opsi menarik, asal siap nunggu pembagian dividen tahun depan. Sementara itu, kalau tujuannya cari pertumbuhan, harus pantau terus harga batu bara dan kondisi makroekonomi sebelum ambil keputusan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top